Studi Global Soroti Manfaat Ekonomi dari Kota-Kota Besar yang Menerapkan Non-tunai

02/28/2018

Jakarta diprediksi akan memperoleh manfaat langsung (direct net benefit) terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar US$4,6 miliar per tahun jika konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah beralih ke penggunaan non-tunai.

 

Visa, perusahaan pembayaran digital terkemuka di dunia mengumumkan hasil studi independen yang dilakukan oleh Roubini ThoughtLab dan ditugaskan oleh Visa seputar dampak ekonomi dari meningkatnya frekuensi pembayaran elektronik di kota-kota besar di seluruh dunia. Studi yang dilaksanakan di 100 kota tersebut memprediksi bahwa transisi menuju pembayaran elektronik, seperti kartu ataupun mobile payment, dapat mendatangkan manfaat (net benefit) hingga US$470 miliar per tahun, atau setara dengan 3% dari rata-rata PDB di kota-kota tersebut.

Jakarta sebagai salah satu dari 100 kota yang diteliti diprediksi dapat mendulang manfaat dari menerapkan pembayaran digital yang lebih besar. Perekonomian Jakarta diperkirakan dapat memperoleh manfaat langsung (direct net benefit) sebesar US$4,6 miliar per tahun dengan melakukan transisi ke tingkat tercapainya penggunaan non-tunai atau achievable level of cashlessness dari level kematangan digital saat ini yang adalah Cash Centricuntuk kota Jakarta. Manfaat langsung bagi konsumen diestimasi mencapai US$0,1 miliar per tahun diperoleh dari penghematan waktu dalam bertransaksi dan penurunan kejahatan menyangkut uang tunai. Pelaku usaha juga akan menikmati manfaat langsung hingga US$3,7 miliar karena proses pembayaran yang lebih singkat dan meningkatnya penjualan. Pemerintah juga berkesempatan mendapatkan manfaat langsung hingga US$0,8 miliar dari pendapatan pajak yang meningkat, pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dan biaya peradilan kejahatan kriminal yang lebih rendah.

Studi tersebut juga menyoroti sejumlah manfaat yang akan dirasakan Jakarta dalam periode 15 tahun ke depan (2017-2032). Peralihan menuju pembayaran elektronik berdampak terhadap performa ekonomi Jakarta secara keseluruhan, diantaranya pertumbuhan GDP, lapangan kerja baru, upah buruh meningkat, dan produktivitas. Beralih ke pembayaran elektronik dapat menstimulasi 4,2% pertumbuhan lapangan kerja karena meningkatnya aktivitas ekonomi. Tingkat pertumbuhan PDB Jakarta dapat meningkat hingga 37,4 poin basis karena efisiensi yang lebih besar. Lebih lanjut, penggunaan non-tunai yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas 0,2% dan upah meningkat hampir 0,4% selama rentang waktu 15 tahun.

“Cashless Cities: Realizing the Benefits of Digital Payments” merupakan sebuah studi yang menghitung potensi manfaat (net benefit) bagi kota-kota yang melakukan transisi ke tingkat tercapainya penggunaan non-tunai (achievable level of cashlessness) – yaitu tingkat dimana penggunaan non-tunai seluruh penduduk kota sama dengan tingkat penggunaan non-tunai dari pengguna non-tunai teratas (top users) saat ini. Studi ini tidak bertujuan untuk menghapus penggunaan tunai, namun untuk menghitung potensi manfaat dan biaya dari meningkatnya pembayaran elektronik.

Dengan mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai, studi ini menghitung manfaat langsung dan jangka panjang bagi konsumen, pelaku usaha dan pemerintah. Berdasarkan studi ini, total manfaat langsung yang diperoleh 100 kota yang ditelisi mencapai sekitar US$470 miliar, dimana:

  • Konsumen di 100 kota akan menikmati manfaat langsung hingga US$28 miliar per tahun. Besarnya dampak tersebut diperoleh dari sejumlah faktor, termasuk diantaranya penghematan waktu yang dibutuhkan untuk transaksi perbankan, retail, maupun transportasi sebesar 3,2 miliar jam, serta penurunan tingkat kejahatan terkait penggunaan uang tunai.
  • Pelaku usaha di 100 kota diperkirakan dapat memperoleh manfaat langsung sebesar US$312 miliar per tahun. Hal ini diperoleh dari sejumlah faktor, antara lain penghematan waktu yang dibutuhkan untuk proses pembayaran dan penerimaan sebesar 3,1 miliar jam, serta peningkatan pendapatan dari penjualan langsung maupun online. Studi ini juga menemukan bahwa biaya untuk menerima pembayaran tunai mencapai 7,1 sen per dolar, dibandingkan dengan biaya untuk penerimaan pembayaran secara non-tunai sebesar 5 sen per dolar.
  • Pemerintah di 100 kota diperkirakan dapat menerima manfaat langsung sebesar US$130 miliar per tahun. Hal ini karena adanya peningkatan pendapatan pajak, pertumbuhan ekonomi, penghematan biaya dari efisiensi administrasi, serta  pengurangan biaya proses peradilan dengan turunnya tingkat kejahatan terkait penggunaan uang tunai.

“Studi ini menunjukkan berbagai manfaat nyata bagi konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah yang mengadopsi pembayaran elektronik secara intensif,” ujar Ellen Richey selaku Vice Chairman and Chief Risk Officer Visa. “Masyarakat yang beralih ke pembayaran digital akan merasakan sejumlah manfaat langsung, berupa pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kejahatan, peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan upah, serta perbaikan produktivitas kerja.”

Hasil studi ini sejalan dengan Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) yang dicanangkan Bank Indonesia pada tahun 2014. “Studi ini menyoroti pentingnya GNNT yang akan memberikan manfaat besar bagi pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja yang lebih luas. Visa telah mendukung GNNT melalui kerja sama dengan para pemangku kepentingan untuk dapat memastikan transisi menuju masyarakat non-tunai dapat berjalan efisien dan lancar,” ujar Riko Abdurrahman, selaku President Director PT. Visa Worldwide Indonesia.

Dampak positif dari meningkatnya pembayaran elektronik tidak hanya sebatas manfaat finansial bagi konsumen, pelaku usaha dan pemerintah. Peralihan menuju pembayaran elektronik juga dapat juga menjadi katalisator bagi kemajuan perekonomian di kota-kota besar tersebut, termasuk peningkatan PDB, lapangan pekerjaan, upah, dan produktivitas.”

“Penggunaan teknologi digital – mulai dari smartphone dan wearables1 hingga pengembangan artificial intelligence dan mobil tanpa supir – secara cepat mengubah kebiasaan masyarakat perkotaan dalam berbelanja, bepergian, dan gaya hidup,” ujar Lou Celi selaku Kepala Roubini ThoughtLab. “Berdasarkan analisa kami, tanpa adanya fondasi pembayaran elektronik yang kuat, kota-kota besar tak akan sepenuhnya meraih masa depan digital yang diinginkan.”

Hasil studi yang berjudul “Cashless Cities: Realizing the Benefits of Digital Payments” memberikan  61 rekomendasi untuk para pembuat kebijakan dalam mendorong kota menjadi lebih efisien dengan beralih ke pembayaran elektronik. Rekomendasi tersebut termasuk melaksanakan program literasi keuangan yang dapat mendorong masyarakat untuk masuk ke dalam sistem perbankan, memberikan insentif untuk mendorong inovasi dalam mengembangkan teknologi pembayaran baru, mengimplementasikan sistem pembayaran open-loop yang aman di semua jaringan transportasi, dan masih banyak lagi.

Selain mempublikasikan hasil studi “Cashless Cities: Realizing the Benefits of Digital Payments,” Visa dan Roubini Thoughtlab juga mengembangkan visualisasi data online yang melengkapi studi ini. Menggunakan visualisasi data online, pemangku kepentingan dapat menaikkan atau menurunkan tingkat penggunaan digital di masing-masing kota yang diteliti sehingga dapat lebih jauh melihat manfaat dari penerapan masyarakat non-tunai. Untuk mengunduh hasil studi Visa dan mengakses alat visualisasi data silahkan kunjungi: www.visa.com/cashlesscities.

 

1 Wearables: alat bayar yang bisa dipakai sebagai pakaian atau aksesoris. Misalnya, jam tangan yang bisa digunakan sebagai alat bayar menggunakan teknologi digital.

 

METODOLOGI

Roubini Thoughtlab adalah lembaga penelitian ekonomi dan evidence-based research terkemuka, yang pada tahun 2016 telah melakukan survey terhadap 3,000 konsumen dan 900 pelaku usaha di enam kota (Tokyo, Chicago, Stockholm, Sao Paolo, Bangkok dan Lagos)  yang merepresentasikan berbagai tingkat penerapan pembayaran elektronik. Survey tersebut dilakukan untuk memahami penggunaan, penerimaan, dan dampak manfaat–biaya (cost-benefit) dari penggunaan uang tunai maupun uang elektronik. Tim peneliti kemudian melakukan ekstrapolasi hasil survey berdasarkan demografi dan data ekonomi di 94 kota lainnya untuk mengukur dampak ekonomi bagi konsumen dan pelaku usaha dari penerapan masyarakat non-tunai. Dari berbagai  sumber lainnya, studi ini juga telah mengidentifikasi dampak penggunaan non-tunai bagi pemerintah. Peneliti kami menggunakan sejumlah data dari World Bank, Organisation for Economic Co-operation and Development, dan sumber terpercaya lainnya untuk memperdalam hasil survey dan membangun kesimpulan secara keseluruhan. Laporan ini menggunakan model ekonometri National Institute Global Econometric Model (NIGEM) untuk menghitung dampak katalis (pertumbuhan ekonomi, produktivitas, lapangan pekerjaan, dan tingkat upah) dari peningkatan penggunaan pembayaran elektronik di 100 kota yang diteliti. Visa telah menunjuk Roubini Thoughtlab untuk melakukan kajian  independen tersebut.

Tentang Visa

Visa Inc. (NYSE: V) merupakan pemimpin pembayaran digital di dunia. Misi kami adalah menghubungkan dunia melalui jaringan pembayaran yang paling inovatif, dapat diandalkan, dan aman yang memungkinkan konsumen, pemain bisnis dan ekonomi untuk maju dan berkembang. Jaringan pemrosesan kami yang canggih bernama VisaNet merupakan sistem pembayaran yang aman dan dapat diandalkan secara global serta mampu menangani lebih dari 65.000 pesan transaksi per detik. Visa terus melakukan inovasi tanpa henti yang merupakan penggerak pertumbuhan dunia perdagangan melalui berbagai alat, dan merupakan pendorong di balik impian masa depan, yaitu dunia tanpa uang tunai untuk seluruh lapisan masyarakat, dimanapun ia berada. Seiring dengan perubahan dari analog ke digital, Visa menghadirkan merk, produk, layanan, jaringan dan usaha kami untuk mengubah bentuk dunia perdagangan di masa depan. Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi usa.visa.com/aboutvisa, visacorporate tumblr.com dan @VisaNews.