Innovation Mobilitas Urban Asia Pasifik: Menyambut Era Baru Open-Loop

 Bacaan menit

Di kawasan Asia Pasifik yang tengah mengalami urbanisasi secara  pesat, transportasi umum menjadi tulang punggung kehidupan masyarakat sekaligus perekonomian regional. Oleh karena itu, peningkatan akses dan penggunaan transportasi umum telah menjadi prioritas bagi kota-kota yang berupaya mengoptimalkan pergerakan masyarakat sekaligus mengatasi kemacetan dan polusi.

Minimnya pengalaman pembayaran yang terintegrasi di berbagai moda transportasi publik menjadi penghambat utama upaya peningkatan tingkat penggunaan layanan ini. Faktanya, survei Global Urban Mobility 2023 dari Visa menunjukkan bahwa hampir setengah dari pengguna transportasi umum di Asia Pasifik bergantung pada empat atau lebih metode pembayaran yang berbeda setiap bulannya.

Daripada harus menggunakan banyak kartu dan uang tunai serta menyisihkan waktu untuk melakukan isi ulang saldo, semakin banyak pengguna transportasi di Asia Pasifik menawarkan kemudahan melalui satu metode pembayaran yang dapat digunakan di kereta, bus, maupun feri agar perjalanan menjadi lebih praktis dan lancar. Hal ini sejalan dengan temuan survei Global Urban Mobility, yang menyebutkan bahwa tiga dari lima responden akan lebih sering menggunakan transportasi umum jika tersedia satu metode pembayaran yang mudah dan terintegrasi di semua moda. 

Para ahli tata kota maupun otoritas transportasi kini semakin menyadari pentingnya inovasi dalam sistem pembayaran transportasi publik. Dorongan untuk mengadopsi sistem pembayaran open-loop yang menggunakan teknologi universal terus menguat dan mulai menjadi tren di berbagai kota. Sistem ini dipandang sebagai komponen utama dalam solusi mobilitas perkotaan karena mampu mendukung terciptanya pengalaman perjalanan yang lebih efisien, aman, dan berkelanjutan. Selain itu, penerapannya dapat menjadi solusi mobilitas perkotaan modern dalam mengatasi tantangan besar seperti kemacetan, polusi, serta kebutuhan integrasi antar moda transportasi, sehingga masyarakat dapat menikmati akses yang lebih mudah dan praktis.

Teknologi open-loop vs teknologi closed-loop

Teknologi open-loop menjadi kunci yang mendasari Mobility-as-a-Service, sebuah integrasi perencanaan, pemesanan, hingga pembayaran perjalanan dalam satu aplikasi. Sistem ini berbasis arsitektur Account-Based Ticketing (ABT) yang menghubungkan pengguna ke satu akun personal, seperti kartu kredit yang mereka gunakan sehari-hari. Seluruh informasi akun dan transaksi tarif dikelola oleh server back-end, dengan kalkulasi biaya yang didasarkan pada penggunaan aktual.

Sebaliknya, model closed-loop umumnya menggunakan sistem tiket berbasis kartu Card-Based Ticketing (CBT), di mana data disimpan langsung di dalam kartu dan penggunaannya terbatas pada satu penyedia layanan. Meskipun popular di kalangan tertentu seperti lansia, pelajar, dan pengguna berpenghasilan rendah karena mendukung kartu diskon, namun di sisi lain, model ini dapat merumitkan perjalanan. Pengguna bisa jadi memerlukan lebih dari satu kartu jika tarif antar penyedia tidak terintegrasi. Selain itu, pengguna juga harus rutin melakukan top-up saldo. Kehilangan kartu bahkan dapat berisiko hilangnya seluruh saldo di dalamnya.

Di sisi lain, sistem pembayaran berbasis teknologi open-loop mampu menciptakan sebuah siklus manfaat yang positif. Volume data masif yang terkumpul dapat dianalisis untuk memahami perilaku pengguna secara mendalam. Berbekal wawasan tersebut, penyedia layanan transportasi dapat mengoptimalkan layanannya, menarik lebih banyak pengguna, dan pada akhirnya, turut berkontribusi pada kelestarian lingkungan.

Berbagai manfaat ini menjadi sangat krusial bagi kota-kota di Asia yang berjuang menghadapi kemacetan kronis, polusi kendaraan, dan populasi yang terus meningkat. Setiap tahunnya, sekitar 44 juta orang melakukan urbanisasi ke kota - kota di kawasan Asia-Pasifik (APAC). Dengan jumlah kendaraan yang berlipat ganda setiap lima hingga tujuh tahun, ketersediaan transportasi publik yang berkualitas telah menjadi kebutuhan penting untuk mencegah pergeseran masif ke kendaraan pribadi.

 

Kunci Peningkatan Skala Penggunaan Transportasi Publik

Menurut sebuah studi global dari Visa Economic Empowerment Institute dan ThoughtLab, adopsi sistem pembayaran nirsentuh (contactless) dan open-loop dapat meningkatkan penggunaan transportasi publik rata-rata sebesar 10%.

Faktanya, sistem pembayaran nirsentuh (contactless) dan open-loop telah diimplementasikan di berbagai kota seperti Hong Kong dan Singapura. Di Hong Kong, sistem MRT kini menerima pembayaran dengan kartu Visa, menyusul perusahaan bus utama, Star Ferry yang ikonik, serta jaringan trem tingkatnya. Hasilnya, satu kartu Visa kini dapat digunakan untuk melakukan tap-and-go di semua moda transportasi. Sementara itu, Singapura memiliki SimplyGo, sebuah aplikasi tiket yang mengakomodasi pembayaran tarif kereta dan bus dengan kartu kredit atau debit sehari-hari.

Di berbagai belahan dunia, otoritas transportasi dan perencana kota semakin menyadari nilai signifikan yang ditawarkan oleh sistem pembayaran open-loop bagi transportasi publik. Di Bangkok dan Ho Chi Minh City, Visa berkolaborasi aktif dengan pemerintah setempat untuk mengimplementasikan sistem pembayaran nirsentuh (contactless) open-loop yang menjadikan perjalanan komuter bagi masyarakat urban lebih mudah dan nyaman. Saat ini, para komuter di Bangkok dapat membayar perjalanan di jalur MRT Blue dan Purple menggunakan kartu nirsentuh Visa, berkat kemitraan antara Visa, Bangkok Expressway dan Metro (BEM), dan Mass Rapid Transportation (MRTA). Faktanya, sebuah studi global Visa menemukan bahwa dari seluruh operator transportasi yang belum mengadopsi teknologi open-loop, 83% berencana untuk mengimplementasikannya, dan 70% diantaranya menargetkan implementasi dalam dua tahun ke depan.

Sistem transit open-loop yang berbasis arsitektur ABT berpotensi merevolusi pengalaman masyarakat dalam menggunakan transportasi publik dan mobilitas perkotaan. Saat ini saja, para komuter sudah bisa membayar hanya dengan sekali tap menggunakan jam tangan pintar atau ponsel mereka. Kemudahan ini hadir berkat teknologi ABT dan payment token, yang memungkinkan kredensial pembayaran tersimpan dan terakses secara aman di perangkat pribadi.  

Seiring pesatnya kemajuan teknologi biometrik dan kecerdasan buatan (AI), tidak sulit membayangkan masa depan di mana kita bisa membayar tiket kereta hanya dengan lambaian tangan, lirikan mata, atau saat berjalan melewati gerbang “hand-free” yang mampu mengenali kredensial pembayaran secara seamless. Kredensial tersebut nantinya dapat diintegrasikan oleh para komuter ke dalam pakaian atau aksesori mereka, menjadikan kota-kota lebih terbuka dan aksesibel dari sebelumnya. Hal ini terutama akan bermanfaat bagi kalangan difabel, lansia, dan keluarga dengan anak, yang dapat terhubung lebih erat dengan komunitas mereka dan menjelajahi lebih banyak tempat saat berpergian.

Teknologi pembayaran open-loop tengah membentuk masa depan mobilitas urban di Asia Pasifik secara pesat. Seiring dengan transportasi publik yang lancar (seamless) menjadi prioritas utama para komuter, menjadi krusial bagi para pembuat kebijakan, operator transportasi, dan ekosistem pembayaran untuk menyadari nilai fundamental dari pembayaran open-loop dalam menciptakan sistem transportasi publik yang lebih efisien. Ketika efisiensi transportasi publik meningkat, maka penggunaan kendaraan pribadi pun dapat ditekan. Hal ini akan mengakselerasi pergeseran menuju mobilitas perkotaan yang berkelanjutan, baik di Asia Pasifik maupun di seluruh dunia.