
Menurut laporan Visa Business and Economic Insights, wisatawan dengan kategori pendapatan tinggi memberikan pengaruh besar terhadap tren pariwisata global. Meski jumlahnya relatif kecil, kelompok ini menyumbang hingga seperempat dari total pendapatan industri pariwisata global. Saat ini, preferensi wisatawan pun berubah—mereka lebih mengutamakan pengalaman yang mendalam dan autentik, serta gemar mengeksplorasi destinasi yang tidak biasa. Pergeseran inilah yang melahirkan tren baru dan mendorong popularitas destinasi tersembunyi. Untuk memahami lebih dalam faktor-faktor yang membentuk tren perjalanan mewah di tahun 2025, kami berbincang dengan Richard Lung, ekonom Visa. Berikut ulasannya:
Siapa Sebenarnya Wisatawan Berpendapatan Tinggi?
Wisatawan berpendapatan tinggi adalah orang-orang yang berpenghasilan lebih dari USD 200.000 per tahun (sekitar Rp3,2 miliar). Meski hanya sebagian kecil dari populasi global, kelompok ini menyumbang satu dari setiap empat dolar yang dihabiskan untuk perjalanan internasional. Preferensi mereka kini bergeser ke arah pengalaman yang lebih mendalam dan destinasi yang belum banyak dikenal. Beberapa tempat yang kini mulai populer antara lain Hokkaido (Jepang), Mendoza (Argentina), dan Mersa Matruh (Mesir.) Mereka memiliki daya beli yang besar, mereka tidak hanya menguntungkan maskapai, hotel mewah, dan butik-brand ternama, tapi juga punya pengaruh untuk menjadikan suatu tempat sebagai "destinasi hits" berikutnya yang akan dicari semua orang.
Destinasi Baru Seperti Apa yang Menjadi Incaran?
Wisatawan dengan berpendapatan tinggi sedang mengubah tren pariwisata global. Meskipun kota-kota ikonik seperti London, Paris, dan Tokyo tetap populer, namun destinasi dengan pertumbuhan tercepat justru banyak ditemukan jauh dari keramaian wisatawan pada umumnya. Destinasi baru yang sedang naik daun ini umumnya memiliki beberapa ciri utama:
- Pengalaman yang Nyata dan Asli (authenticity)
Wisatawan berpenghasilan tinggi semakin mencari pengalaman budaya yang autentik, mulai dari kuliner lokal, aktivitas kerajinan tangan, hingga interaksi yang bermakna dengan komunitas setempat.
- Mudah Diakses (approachability)
Para wisatawan ini lebih menyukai proses visa yang mudah dan tidak berbelit. Kemudah akses, dengan penerbangan langsung atau jarak yang cukup dekat. Serta berada di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara.
- Jarak Tempuh yang Dekat (proximity)
Seiring meningkatnya jumlah individu berpenghasilan tinggi di Asia, Timur Tengah, dan Amerika Latin, banyak wisatawan kini menyeimbangkan perjalanan internasional dengan liburan regional yang lebih dekat.
Menurut data Visa, wisatawan dari negara berkembang kini semakin tertarik pada destinasi yang menawarkan budaya autentik, keindahan alam, dan pengalaman premium yang bersama-sama menghadirkan makna baru dari sebuah “pengalaman mewah.”
Bagaimana Visa Mengidentifikasi Tren Baru?
Visa memanfaatkan data transaksi agregat dari VisaNet yang dipadukan dengan Visa International Travel Database untuk menganalisis volume perjalanan, pola konsumsi, dan destinasi pilihan wisatawan berpendapatan tinggi di seluruh dunia. Melalui analisis atas transaksi kartu kredit dan debit secara aktual, Visa mampu memetakan destinasi yang dikunjungi, memantau perilaku belanja, mengidentifikasi perubahan preferensi, sekaligus menyoroti lokasi dengan pertumbuhan kunjungan paling signifikan. Pendekatan berbasis data ini menghadirkan insight yang akurat dan real-time mengenai bagaimana wisatawan berpengaruh berperan aktif dalam membentuk arah masa depan industri pariwisata global.
Apa Arti Temuan Ini bagi Bisnis Pariwisata?
Bisnis pariwisata perlu bergerak cepat untuk beradaptasi, atau berisiko tertinggal. Riset kami menunjukkan bahwa ada lima strategi utama untuk menarik dan mempertahankan wisatawan berpenghasilan tinggi: personalisasi, autentisitas, kenyamanan, pemanfaatan data, serta fokus pada pasar berkembang. Personalisasi kini menjadi standar, dengan ekspektasi akan itinerary khusus, akses eksklusif, dan layanan VIP baik secara online maupun langsung. Autentisitas melalui budaya lokal, kuliner, dan koneksi bermakna, tetap menjadi prioritas utama. Kenyamanan tanpa hambatan, mulai dari pemesanan hingga kedatangan dan seterusnya, menjadi keharusan. Dengan memanfaatkan analitik data, bisnis dapat memprediksi perubahan preferensi sekaligus menyesuaikan penawaran secara real-time. Sementara itu, dengan pertumbuhan pesat konsumen affluent di Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Amerika Latin, menargetkan kawasan ini menjadi langkah krusial karena mereka tengah mendorong porsi signifikan dalam pertumbuhan pariwisata global.
Intinya: Wisatawan dari segmen affluent merupakan kelompok yang tangguh, berjiwa petualang, dan berperan besar dalam membentuk masa depan pariwisata global. Bisnis yang mampu mengantisipasi perubahan preferensi mereka, serta berinovasi untuk memenuhinya — akan meraih lebih banyak pemesanan sekaligus loyalitas jangka panjang.
Baca laporan lengkapnya di Global Travel Insight – July 2025